Di antara booth fotografi, musik, dan olahraga di Hall Cendrawasih JCC, terselip suatu pemandangan yang mengusik perhatian pengunjung karena lain dari yang lain. Letaknya di pojok, tetapi sangat menonjol.
Apa sih istimewanya? Ternyata booth ini menjual berbagai hewan reptil, mulai dari tokek sampai buaya!
Lempung, penjaga booth, tak lelah menerangkan jenis hewan-hewan yang dipamerkan kepada para pengunjung, baik yang ingin melihat-lihat saja sampai yang memang berniat membeli. Bahkan, dia juga tak segan mengangkat satu-satunya buaya yang dibawa ke pameran ini ketika menerangkannya kepada calon pembeli.
"Hiii..." Para pengunjung yang iseng-iseng melintas di depanbooth ini umumnya merasa geli ketika melihat reptil bertekstur sangat kasar dengan ukuran 30 cm ini dibelai-belai oleh tangan Lempung.
Akan tetapi, pegawai salah satu toko reptil di kawasan Kemang ini malah tampak santai dan sangat antusias mengelus-ngelus punggung dan dagu si anak buaya jenis Super Dwarf Caiman ini. Si anak buaya pun merem melek.
"Kalau merem, artinya dia sedang merasakan ketenangan. Ini hewan yang bisa jinak kok. Asal dipelihara baik-baik dari kecil, lalu dibelai-belai seperti ini setiap hari," ungkapnya kepadaKompas.com yang menyambangi area pameran lifestyle dan hobi ini, Kamis (16/12/2010), sambil terus membelai.
Anak buaya berusia dua tahun ini berasal dari Peru, salah satu negara di Amerika Latin. Harga per ekornya Rp 5,5 juta. Empat temannya yang lain sudah laku dijual sejak didatangkan dari Peru. Semua pembelinya disebut Lempung sebagai orang lokal atau asli Indonesia dan bukan orang asing.
Buaya yang dipegangnya itu saja yang belum laku. Semua Super Dwarf Caiman yang didatangkan bos-nya itu berjenis kelamin jantan. Menurutnya pula, jenis buaya ini bisa bertumbuh maksimal sepanjang 1,5 meter selama lima tahun ke depan.
Dalam kurun waktu itu, buaya cukup dipelihara di dalam akuarium yang berisi sedikit air dengan penyaring air yang terus hidup. Sesekali, biarkan akuarium dalam keadaan tanpa air untuk buaya tersebut. "Biar jinak," ungkap Lempung.
"Itu hasil pengalaman orang-orang yang sudah pernah memelihara buaya," lanjut Lempung.
Tak perlu sering-sering mengganti air di dalam akuarium. Kira-kira saja sampai air terasa cukup keruh dan ikan-ikan yang menjadi santapannya sudah habis. Anak dan remaja buaya memang cukup diberi makanan berupa ikan mas kecil yang biasa sering dipakai sebagai ikan hias. Ikan-ikan yang menjadi makanannya harus tetap hidup ketika dihidangkan untuk si buaya.
Lempung mengatakan, anak-anak buaya tak akan mau memakan daging-daging yang sudah tak bergerak. Makin besar si buaya bertumbuh, pemeliharanya juga harus memikirkan akuarium yang lebih besar lagi. Begitu, sampai si anak buaya berukuran hingga 1,5 meter nanti.
Jika sudah besar, barulah bisa diberi makanan berupa daging-daging dari hewan yang sudah mati. Tapi, lanjut Lempung, alangkah baiknya jika tetap diberi hewan yang masih bergerak seperti tikus atau ayam hidup.
Sudah menjadi hobi
Berdasarkan pengalaman pelanggan dan beberapa rekannya yang memelihara, Lempung menegaskan, tak sulit memelihara buaya. Menurutnya, pemeliharaan buaya tak sesulit memelihara iguana. Asalkan makanannya diperhatikan dengan baik dan rajin-rajinlah diajak bermain dan dibelai-belai supaya jinak.
Selain itu, untuk memahami pola perawatan buaya, majikan bisa rajin mencari informasi di internet atau bergabung dalam komunitas pencinta reptil yang mulai marak di Jakarta. Pasalnya, memelihara reptil sudah menjadi gaya hidup dan hobi.
"Satu lagi, kalau baru mau memelihara, tanya keluarga yang tinggal di rumah baik-baik. Jangan nanti malah enggak mendukung lagi kalau kita memelihara buaya," tuturnya sambil tersenyum.
Nah, memelihara buaya tak seseram yang Anda bayangkan kan? Yang penting, jangan sampai lalai hingga lepas saja....
sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/12/17/09164462/Anda.Pengin.Piara.Buaya.Gampang.Kok.
0 komentar:
Post a Comment